Kemenhut Percepat Pemulihan Lingkungan Pascabanjir Aceh dan Sumatera Utara

Senin, 29 Desember 2025 | 13:54:49 WIB
Kemenhut Percepat Pemulihan Lingkungan Pascabanjir Aceh dan Sumatera Utara

JAKARTA - Pemulihan wilayah terdampak banjir di Aceh dan Sumatera Utara terus dikebut melalui kerja bersama lintas sektor. 

Pemerintah pusat memastikan pembersihan sisa material banjir, khususnya kayu dan lumpur, dilakukan secara menyeluruh agar aktivitas masyarakat dapat kembali berjalan normal. Langkah ini menjadi bagian penting dari upaya mempercepat pemulihan lingkungan dan fasilitas publik.

Kementerian Kehutanan bersama TNI, Polri, pemerintah daerah, serta relawan melanjutkan pembersihan di sejumlah titik terdampak. Kegiatan tersebut tidak hanya difokuskan pada area utama terdampak banjir, tetapi juga menyasar fasilitas pendidikan dan lingkungan permukiman warga. Sinergi antarlembaga dinilai krusial untuk menjangkau wilayah yang terdampak cukup luas.

Dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Senin, Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser Subhan menyampaikan bahwa proses pembersihan dilakukan secara bertahap. Tim gabungan diarahkan agar bekerja efektif dengan tetap memperhatikan keselamatan personel dan masyarakat sekitar. Upaya ini diharapkan mampu mempercepat proses pemulihan pascabencana.

Subhan menegaskan bahwa pembersihan kayu tidak hanya berorientasi pada pembukaan akses, tetapi juga pemulihan fungsi ruang publik. Fasilitas pendidikan dan tempat ibadah menjadi prioritas agar aktivitas sosial masyarakat dapat segera kembali berjalan.

Pembersihan Menyeluruh di Kabupaten Aceh Tamiang

Di Kabupaten Aceh Tamiang, kegiatan pembersihan dilakukan secara intensif dengan melibatkan tim gabungan dari berbagai unsur. Sebanyak 80 personel UPT Kemenhut, 80 personel TNI, dan 30 personel Polri dikerahkan untuk menangani lokasi terdampak. Kegiatan ini dipusatkan di Pesantren Darul Mukhlisin yang terdampak cukup parah akibat banjir.

Proses pembersihan di lokasi tersebut didukung 37 unit alat berat. Dengan dukungan peralatan dan personel yang memadai, progres pembersihan dilaporkan telah mencapai sekitar 90 persen. Tim bekerja secara bergantian untuk memastikan setiap area dapat dibersihkan secara optimal.

"Tim gabungan telah menyelesaikan pembersihan 12 ruang belajar, dua ruang kantor guru, serta satu area tempat wudhu masjid, sekaligus membantu pembersihan rumah warga di sekitar lokasi terdampak," ujar Subhan.

Pembersihan fasilitas pendidikan menjadi perhatian khusus agar kegiatan belajar mengajar dapat segera kembali dilakukan. Selain itu, bantuan kepada rumah warga di sekitar pesantren dilakukan untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak langsung oleh banjir.

Akses Jalan dan Permukiman Aceh Utara Dibuka Bertahap

Sementara itu, di Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, fokus pembersihan diarahkan pada pembukaan akses jalan dan pemukiman warga. Tim gabungan terus bekerja membersihkan material kayu dan lumpur yang menutup jalur transportasi utama masyarakat. Upaya ini dinilai penting untuk memulihkan mobilitas warga dan distribusi logistik.

Kegiatan pembersihan di wilayah ini didukung enam unit ekskavator. Alat berat tersebut digunakan untuk memindahkan tumpukan kayu serta membersihkan sisa banjir yang menghambat akses. Pekerjaan dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan kondisi medan dan keselamatan lingkungan sekitar.

Akses jalan di Desa Geudumbak mengalami penambahan panjang sekitar 200 meter. Dengan tambahan tersebut, total jalur yang kini dapat dilalui mencapai 4,85 kilometer. Pembukaan akses ini diharapkan dapat memperlancar aktivitas warga serta memudahkan penyaluran bantuan ke wilayah terdampak.

Pemerintah daerah setempat terus berkoordinasi dengan tim gabungan untuk memastikan pekerjaan berjalan sesuai rencana. Masyarakat juga dilibatkan dalam proses pemantauan agar pembersihan dapat memberikan manfaat maksimal bagi lingkungan sekitar.

Upaya Terpadu di Wilayah Sumatera Utara

Di Provinsi Sumatera Utara, kegiatan pembersihan dilaksanakan di sejumlah desa yang terdampak banjir. Lokasi yang menjadi fokus antara lain Desa Aek Ngadol, Desa Garoga, dan Desa Huta Godang. Di wilayah tersebut, tim gabungan memusatkan perhatian pada pemindahan kayu, pembersihan rumah warga, serta pengangkutan material lumpur.

Kegiatan pembersihan dilakukan secara terpadu bersama satuan tugas pemerintah daerah dan TNI. Kolaborasi ini bertujuan agar proses pemulihan dapat berjalan lebih cepat dan terkoordinasi. Setiap unsur memiliki peran masing-masing sesuai dengan kapasitas dan kewenangannya.

Dukungan peralatan di Sumatera Utara terbilang cukup besar. Sebanyak 17 unit alat berat dan 14 unit dump truck dikerahkan untuk mempercepat proses pembersihan. Peralatan tersebut berasal dari Kemenhut, TNI, BNPB, BUMN, serta mitra perusahaan yang turut mendukung upaya pemulihan.

Dengan dukungan logistik yang memadai, proses pembersihan diharapkan dapat segera rampung. Fokus utama tetap pada pemulihan lingkungan dan tempat tinggal warga agar kehidupan masyarakat dapat kembali berjalan normal.

Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci Pemulihan

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara Novita Kusuma Wardani menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi faktor utama percepatan pemulihan. Menurutnya, kerja bersama antara pemerintah pusat, daerah, dan unsur lainnya mampu menjawab tantangan di lapangan.

"Pembersihan di Sumatera Utara dilaksanakan secara terkoordinasi di bawah komando satgas daerah, dengan tujuan mempercepat pemulihan lingkungan dan aktivitas masyarakat," kata Novita.

Koordinasi yang baik memungkinkan setiap sumber daya dimanfaatkan secara efektif. Dengan komando yang jelas, proses pengambilan keputusan di lapangan dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran.

Pemerintah berharap upaya pembersihan ini dapat menjadi fondasi awal pemulihan pascabencana. Dengan lingkungan yang kembali bersih dan akses yang terbuka, masyarakat di Aceh dan Sumatera Utara diharapkan dapat segera bangkit dan melanjutkan aktivitas mereka secara normal.

Terkini